Dalam membicarakan keamanan seringkali dilibatkan permasalahan human error. Memperkecil human eror merupakan faktor utama yang sangat diperlukan untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi risiko. Dalam High School Dictionary karangan Thorndike Barnhard[8], tertulis :
“human = of person; that people have, having the form or qualities of people; error = something wrong, that is incorect”.
Secara garis besar beberapa versi pengertian human error adalah sebagai berikut :
a. Human error adalah
kesalahan manusia yang masih bisa digolongkan sebagai hal yang bisa
dimengerti/bisa dipahami/bisa diterima sebagai perwujudan bahwa
kemampuan manusia itu terbatas.
b. Human error
adalah kekhilafan atau kekeliruan atau kekurangan manusia yang pada
jangkauan maksimalnya tumpang tindih dengan sebagian pengertian
kelalaian.
c. Human error
adalah keterbatasan kemampuan manusia yang belum bisa direkam dalam
statistik probabilitas penyimpangan (misalnya dalam variasi kualitas
material dasar, variasi besaran beban, toleransi atas penyimpangan
pelaksanaan).
d. Human error adalah kesalahan manusia yang sudah tertampung dalam faktor keamanan. Di luar itu hanya ada daerah kelalaian (negligence). Dengan demikian, jika ada kegagalan, tidak mungkin dikaitkan dengan human error.
e. Human error adalah kesalahan manusia yang tidak bisa dihindarkan oleh batas kemampuan standar.
Terlepas
dari versi pengertian di atas, sementara dianggap bahwa semua batas
ketelitian yang tidak mungkin diatasi oleh standar kemampuan manusia
termasuk dalam human error. Bagan di bawah ini merupakan gambaran mengenai poisis garis kebijakan/garis pandang penanganan human error yang berbeda menurut tempat situasi, kondisi, dan pandangan manusia.
Miloslav Matousek dan Lind [8] memperoleh angka-angka seperti di bawah ini :
Perkiraan Alokasi Bobot Penyebab Kegagalan
|
Penyebab Kegagalan
|
Tertampung dalam
|
|
Faktor
|
||
Human
|
15%-10%
|
10-5%
|
Risiko yang diambil sendiri
|
(1)
|
||
eror
|
|
|
(Accepted Risk)
|
|
|
|
|
|
5%
|
Asuransi
|
|
|
(2)
|
|
47,5%-58%
|
|
Teratasi oleh badan-badan
|
|
||
|
|
|
counter check, Q/C,
|
|
(3)
|
|
|
|
60-65%
|
pengawasan, dll
|
|
|
|
|
12,5%-7%
|
|
Load factor dan faktor reduksi
|
(4)
|
||
|
|
|
kekuatan (dalam batas toleransi)
|
|
||
|
|
5%
|
Risiko yang diambil sendiri
|
(5)
|
||
|
|
|
(Accepted Risk)
|
|
|
|
Di luar
|
25%
|
15%-10%
|
Teratasi oleh badan-badan
|
(5)
|
||
human
|
|
|
counter check, Q/C,
|
|
|
|
error
|
|
|
pengawasan, dll
|
|
|
|
|
|
5%-10%
|
Asuransi
|
|
|
(7)
|
Sumber : Shahab, Menata Pengertian Keamanan dan Pengamanan Struktur, 1996.
Angka-angka di atas bukanlah angka-angka eksak (deterministik),
tetapi cukup memberi kesadaran akan adanya fakta-fakta di atas berikut
perkiraan alokasi bobot penyebab kegagalan. Faktor (1), (2), (3), dan
(7) atau juga bagian dari faktor (3) dan (6) pada struktur jaman dahulu
seringkali tertampung batas keselamatan (margin of safety) yang
cukup tinggi yang terhimpun pada faktor (4). Makin tinggi kemampuan
kontraktor, makin canggih peralatan dan meningkatnya mutu bahan makin
kecil ketidakpastian (uncertainties) mengakibatkan kontraktor
makin berani menekan faktor (4). Secara tidak disadari batas keselamatan
yang biasanya ‘cukup tersedia’ untuk mengatasi human error, sekarang sensitif terhadap tingkat kemampuan pengendalian human error dan human neglience (kelalaian).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar